Kau benar, aku rindu.
Mungkin benar, keputusanku dulu meninggalkan adalah euforia. Sebuah sesak yang tak seharusnya membuat retak. Gejolak rasa tak berirama sama, yang harusnya mampu kita rekatkan.
Kini, memori-memori memunculkan diri. Memenuhi semesta bernama kepala, meminta pertanggungjawaban perihal mimpi dan janji-janji yang telah diingkari.
Tentang sebuah henti yang tak seharusnya jatuh. Sebuah luka yang tak seharusnya membuat jauh.
Kini, biarkanlah. Akan aku karang cerita, tentang semesta yang hanya kau dan aku. Tentang mimpi yang jadi nyata.
Yaa...
Walaupun hanya sementara.
Sesak memang.
Setidaknya, kau tahu "aku menyesal dan merindukanmu. Maafkan aku."