Tidak semudah berteduh
Kita adalah sisa-sisa dari doa baik kita. Sebuah harapan yang dipatahkan. Bahagia yang ditangiskan. Berpikir tentang bagaimana melewati luka agar terbiasa.
Lalu, aku berpikir tentang seandainya. Seandainya kita dipersatukan. Dengan membawa luka dan saling menyembuhkan pada akhirnya.
Sayangnya, yang kita butuhkan hanya telinga.
"Maaf, maksudku, kamu."
Walau diterpa kesepian, kamu tetap berjalan sendirian. Walau di luar diguyur derasnya hujan, kamu tetap tak mau berteduh saat aku menawarkan.
Mungkin benar, hati hanya bereaksi pada Ia yang mampu menarik simpati. Perlu waktu untuk terbiasa dan sembuh. Hingga menentukan tempat berlabuh tak semudah seperti saat berteduh. Sesukamu, sekenanya, hanya agar tak sampai terkena hujan.