Datangmu; Harapku
Kenyataannya, masih ada yang tersisa. Masih ada hati yang belum menemukan pengganti. Masih ada kenangan-kenangan indah yang terkunci. Ada bagian kecil dalam diri yang membentuk suatu ruang sunyi, hanya berisi aku, kamu dan yang pernah kita berdua lewati.
Bodohnya, hanya yang indah yang kusimpan. Bagian buruk darimu, kesalahan-kesalahanmu menguap begitu saja bersama kata maaf. Tenggelam bersama keindahan. Terbawa menjauh sangat dalam hingga lupa, suatu saat aku akan kekurangan oksigen untuk bernapas. Tidak berpegangan pada apapun selain percaya.
Perlahan, percaya itu semakin lama menunjukkan ketakutan-ketakutan. Rasa yang tak utuh, bahagia yang pura-pura, juga cemas yang menipu. Hanya mencoba, tentang bagaimana aku yang menurutmu. Kemudian, kau melepas. Memusnahkan kalimat-kalimat manis, berlagak tak pernah merencanakan apapun.
Yang demikian harusnya aku bisa untuk membenci. Berhenti peduli. Berhenti mencari tahu. Berhenti berharap dia akan kembali. Berhenti apapun yang tentangnya.
Namun nyatanya? Sebab ada yang tersimpan di hati, datangmu saja membuat aku mampu berharap lagi.
Bodohnya, hanya yang indah yang kusimpan. Bagian buruk darimu, kesalahan-kesalahanmu menguap begitu saja bersama kata maaf. Tenggelam bersama keindahan. Terbawa menjauh sangat dalam hingga lupa, suatu saat aku akan kekurangan oksigen untuk bernapas. Tidak berpegangan pada apapun selain percaya.
Perlahan, percaya itu semakin lama menunjukkan ketakutan-ketakutan. Rasa yang tak utuh, bahagia yang pura-pura, juga cemas yang menipu. Hanya mencoba, tentang bagaimana aku yang menurutmu. Kemudian, kau melepas. Memusnahkan kalimat-kalimat manis, berlagak tak pernah merencanakan apapun.
Yang demikian harusnya aku bisa untuk membenci. Berhenti peduli. Berhenti mencari tahu. Berhenti berharap dia akan kembali. Berhenti apapun yang tentangnya.
Namun nyatanya? Sebab ada yang tersimpan di hati, datangmu saja membuat aku mampu berharap lagi.