Melebur lelah
Kita berjalan sebagai sepasang mimpi. Memulai degub baru dengan masing-masing sebagai alasan. Kita memulai sebuah kisah, mencoba menjadi sepasang yang saling mengerti. Berhari-hari dilewati ada ganjalan dalam hati.
Kita sering membunuh ego masing-masing. Walau hati, enggan menerima di antara masing-masing. Sesak kian terasa, memberontak ingin bernafas bebas.
Pada akhirnya kita hanya saling menunggu untuk saling melepas. Hingga pada titik lelah yang terengah-engah, kita sepakat mengucap kata pisah.
Kita, mungkin diciptakan untuk tidak berbagi kisah lebih lama, melainkan belajar tentang apa yang tak seirama dan tak kunjung disamakan. Berdamai adalah bentuk dewasa dari kita; yang mahir melunturkan puing egois yang kerap membakar diri.
Kini, saat di antara telah sama-sama memilih yang seirama, aku berdiri dengan raut bahagia.
Kau berhasil menemukan bahagia yang tentunya bukan aku. Berhasil membuka hati, tak lagi memenjarakan hati.
Yang perlu kau ingat, kau tak perlu risau tentang kita. Kita masih bisa bercengkrama dan berbagi tawa kapan saja. Tidak harus menjadi siapa-siapa asal di antara saling tahu batas-batas kita.
Kau tahu? Kita berhasil melepas belenggu, melebur lelah menjadi bahagia. Walaupun bukan kita.