Baiknya, Kau Tinggalkan Aku Lebih Cepat
Selalu ada tawa bahagia di awal kisah. Merangkai mimpi yang hendak ditepati. Satu per satu terbentuk bersama harapan. Mimpi-mimpi hadir untuk mengingat diri, bila pernah ada sepasang yang berkisah.
Perlahan, kata-kata menguap begitu saja. Seperti terbangun dari sebuah mimpi yang pernah disebut indah. Sekali lagi, jenuh mengalahkan. Mimpi-mimpi hanya menyisakan memori yang hadir tepat setelah terbangun.
Nyata selalu terlihat pahit. Bila yang hadir selalu saja tentang kehilangan. Tawa yang menemani obrolan hanyalah tentang tak enak semata. Pahit kopi yang disuguhkan tetaplah terasa.
Sebenar-benarnya, kau mau apa? Apakah kau hanya sekadar penasaran saja kepadaku? Selepas terungkap, kau memilih pergi. Selepas nyaman tercipta, kau tinggalkan sebuah nestapa.
Inikah yang disebut cinta? Datang tanpa keseriusan, bersama dalam kepura-puraan dan pergi seolah melebur pada pahit yang kau tanamkan.
Baiknya, kau tinggalkan aku lebih cepat. Hingga luka yang tercipta sudah tak lagi terasa.