Senin, 12 November 2018

Kutemukan sisa jejakmu yang menjauh tengah melambatkan waktu, menaruh rindu yang menyerpih di lebam kenangan. Setelah semua ini, ternyata aku tak pernah berhasil mengartikan kehilangan dengan dada yang lapang. Sebab namamu masih di sana, di degup luka dan lara. Sementara tak ada satu pun yang bisa membuatku lupa tentang kita; kesakitan yang lahir dari hilangnya masa paling indah.

Ingatan tak habisnya membuat lara di dada. Mengupasnya, menjadikan pedih yang entah kapan pulihnya. Memutar waktu hingga detik di mana kita sedang tertawa bersama. Menciptakan kembali duka, yang kembali menyentuh lebam di dada. Kehilangan tak semudah seperti yang dikatakan, di mana tertinggal mimpi dan harapan yang pernah direncanakan.

Seharusnya kaubawa hatiku turut serta. Entah ke mana kau akan menuju, aku hanya ingin tetap bisa menjagamu. Namun perih, kulihat hatimu tak lagi mampu seperti dulu. Kita telah terlalu jauh dari utuh, dan terlalu sakit untuk dipaksakan. Perpisahan denganmu memang begitu menyesakkan, tapi setidaknya, biarkan aku mengingatmu seperti ini, dan menyisakan satu saja napas.. untuk merindukanmu yang telah terlepas.

Kita memang telah terpecah, menciptakan kepingan-kepingan tajam berupa kisah yang harus aku akhiri dengan kata pasrah. Tak hanya menyesakkan, namun bisa saja menggoreskan luka yang meninggalkan bekas pada akhirnya. Walau begitu, kau pasti tahu diriku, si keras kepala yang tak mengenal kata hilang begitu saja. Biar saja aku tergores luka. Bagiku, bisa mengumpulkan kepingan-kepingan kita dahulu itu lebih berarti.

Dengan hati yang tersisa setengahnya, aku akan tetap mencintaimu seutuhnya. Menyimpan seluruh yang pernah kita imipikan pada malam tanpa bintang. Mengulang segala tentangmu sampai pagi hidup dan terbenam di pelukan sore. Menafsirkan jalannya waktu yang tanpamu terasa begitu lambat, sebagai penantian yang tak mengenal kata tamat. Percayalah, sungguh masih ada aku, yang menantimu mengetuk pintu.

Kau akan tetap ada, walau begitu banyak air mata yang telah tercipta. Di hati paling dalam, yang masih tersimpan rapi namamu juga ingatan. Menanti sebuah kemustahilan, dengan ego sebuah harapan. Biarlah kamu melangkah jauh, di sini aku tetap menanti sebagai tempat berlabuh di kala kau terjatuh.

Ivanasha X Bangumarsy

Bangumarsy . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates