Kau Berhak Bahagia, Tuan

Kau Berhak Bahagia, Tuan

Posted by Unknown on Februari 09, 2019 in

"Kau susah diatur!" Ucapku kesal kepada diri.⁣⁣

⁣⁣

Kau keras kepala. Sudah terjatuh, rela bangun untuk kembali dijatuhkannya. Seakan kau telah tuli atau pendengaranmu ikut lenyap bersamanya yang menyakiti. Berkali-kali hampir lenyap namun kau enggan melepaskan.⁣⁣

⁣⁣

Kau Tuan yang tak mau menerima kenyataan. Kau si pemegang janji yang pantang dipatahkan. Kau masih menggenggam percaya walau telah lama mimpi itu tiada. Kau pengingat yang hebat, hingga tiada satu memori pun yang lenyap.⁣⁣

⁣⁣

Ini hujan. Bukan kenangan juga bukan mesin pengendali waktu yang begitu saja memutar kembali kisah-kisah yang pernah. Sadarkan hatimu! Kau telah lama menghamba pada kata percaya. Hingga nyata yang merayu menawarkan indah kau embuskan berharap merasakan kembali indah yang telah lama punah.⁣⁣

⁣⁣

Bangunlah, bangkit! Buka gembok yang kau kunci sendiri. Melangkahlah ke luar, jangan kau semakin masuk ke kamar-kamar penyesalan. Kau di sana sendiri! Orang yang kau tunggu, pun telah melangkah keluar menjauhimu. Ada hidup yang perlu kau selesaikan. Dengan senyum, dan tanpa air mata. Kau berhak bahagia, Tuan.⁣

Continue Reading

Datangmu; Harapku

Datangmu; Harapku

Posted by Unknown on Februari 09, 2019 in

Kenyataannya, masih ada yang tersisa. Masih ada hati yang belum menemukan pengganti. Masih ada kenangan-kenangan indah yang terkunci. Ada bagian kecil dalam diri yang membentuk suatu ruang sunyi, hanya berisi aku, kamu dan yang pernah kita berdua lewati.⁣
⁣
Bodohnya, hanya yang indah yang kusimpan. Bagian buruk darimu, kesalahan-kesalahanmu menguap begitu saja bersama kata maaf. Tenggelam bersama keindahan. Terbawa menjauh sangat dalam hingga lupa, suatu saat aku akan kekurangan oksigen untuk bernapas. Tidak berpegangan pada apapun selain percaya. ⁣
⁣
Perlahan, percaya itu semakin lama menunjukkan ketakutan-ketakutan. Rasa yang tak utuh, bahagia yang pura-pura, juga cemas yang menipu. Hanya mencoba, tentang bagaimana aku yang menurutmu. Kemudian, kau melepas. Memusnahkan kalimat-kalimat manis, berlagak tak pernah merencanakan apapun.⁣
⁣
Yang demikian harusnya aku bisa untuk membenci. Berhenti peduli. Berhenti mencari tahu. Berhenti berharap dia akan kembali. Berhenti apapun yang tentangnya.⁣
⁣
Namun nyatanya? Sebab ada yang tersimpan di hati, datangmu saja membuat aku mampu berharap lagi.⁣
⁣
⁣

Continue Reading

Hilangkan Seluruh

Hilangkan Seluruh

Posted by Unknown on Januari 29, 2019 in

Melupakan secepatnya mungkin adalah dambaan. Hingga kadang, menyalahartikan pelampiasan dengan menemukan. Menumbuhkan nyaman layaknya menemukan keindahan. Berharap sepi terbunuh tak lagi diratapi.⁣

⁣

Sepenuhnya ingatan tak bisa dienyahkan. Apalagi perihal bertahun-tahun menjalin kisah bersama. Tak semudah mengganti berdalih telah lama sendiri. Status bisa dihitung namun nyaman tak bisa dihitung. Sebab masih tersimpan rasa atau mungkin yang sengaja disisakan berharap yang pergi akan kembali lagi.⁣

Akan ada yang tersisa dari bertahun-tahun. Tentang nyaman yang dirawat hingga tumbuh. Sekalipun menggantikan yang baru, tak akan selalu sama dengan yang pernah.

⁣

Berhenti untuk cepat melupakan. Berhenti meyakinkan hati lain bila tak yakin dengan diri. Hatimu, pernah terluka sebegitu parahnya. Tak terpikirkah dirimu ketika kau mencoba enyah dengan alasan masa lalu? ⁣

Berdamailah dengan dirimu. Hilangkan seluruh hingga yang terbaru tak akan terbunuh. Sebab dari yang sedikit itu tetap bisa tumbuh. Kembali menumbuhhkan harap berdalih memperbaiki yang lalu.

⁣

Pada akhirnya semua sama;⁣

melukai dan terluka,

lagi.

⁣

Continue Reading

Baiknya, Kau Tinggalkan Aku Lebih Cepat

Baiknya, Kau Tinggalkan Aku Lebih Cepat

Posted by Unknown on Januari 20, 2019 in

Selalu ada tawa bahagia di awal kisah. Merangkai mimpi yang hendak ditepati. Satu per satu terbentuk bersama harapan. Mimpi-mimpi hadir untuk mengingat diri, bila pernah ada sepasang yang berkisah.

Perlahan, kata-kata menguap begitu saja. Seperti terbangun dari sebuah mimpi yang pernah disebut indah. Sekali lagi, jenuh mengalahkan. Mimpi-mimpi hanya menyisakan memori yang hadir tepat setelah terbangun.

Nyata selalu terlihat pahit. Bila yang hadir selalu saja tentang kehilangan. Tawa yang menemani obrolan hanyalah tentang tak enak semata. Pahit kopi yang disuguhkan tetaplah terasa. 

Sebenar-benarnya, kau mau apa? Apakah kau hanya sekadar penasaran saja kepadaku?  Selepas terungkap, kau memilih pergi. Selepas nyaman tercipta, kau tinggalkan sebuah nestapa.

Inikah yang disebut cinta? Datang tanpa keseriusan, bersama dalam kepura-puraan dan pergi seolah melebur pada pahit yang kau tanamkan. 

Baiknya, kau tinggalkan aku lebih cepat. Hingga luka yang tercipta sudah tak lagi terasa.

Continue Reading

Lega

Lega

Posted by Unknown on Januari 13, 2019 in

Aku sedang mengingat, tentang alasan mau bertahan dan memperjuangkan. Tak hanya diam dan hanya kagum dari kejauhan.

Kagum yang terlalu. Suka yang menggebu. Hingga ragu tentang sebuah penolakan. Mengungkapkan tak semudah yang dibayangkan memang. Perdebatan hati dan nalar kian membuat ragu.

Seperti sisi mata uang. Begitu juga perasaan. Selalu mempunyai dua sisi yang harus siap untuk kita terima. Bahagia penerimaan atau sedih dari sebuah penolakan.

Tahu diri mungkin adalah kunci. Tentang sebuah respon yang sudah seharusnya kita mudah dalam memahami. Tak perlu memaksa, hanya butuh hati untuk mau menerima.

Bahagia atau pun tidak. Hati berhak untuk mengutarakan. Tak perlu takut dengan kemungkinan. Karena hati lebih tahu tentang lega dari sebuah mengungkapkan.

Ungkapkanlah, sebab hati lebih tahu. Tentang lega dari sebuah mengungkapkan.

Continue Reading